Asuhan Keperawatan Menarik Diri

Isolasi sosial adalah rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri. Sedangkan menarik diri adalah menunjukkan tingkah laku dan sikap dari “isolasi” sebagai pembelaan psikologik (WF Maramis, 2003).
Penarikan diri (withdrawal) adalah suatu tindakan pelepasan diri baik dari perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku (Direktorat Kesehatan jiwa, 1983).
Caplan dkk (2001) mengemukakan individu yang menarik diri dari lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan proses pikir.

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,2003 ).


Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kecemasan, dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak mungkin mempunyai penghayatan diri (self image) rasa percaya diri, menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1983).
Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
a. Aspek fisik :

  • Makan dan minum kurang
  • Tidur kurang atau terganggu
  • Penampilan diri kurang
  • Keberanian kurang

b. Aspek emosi :
  • Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
  • Merasa malu, bersalah
  • Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
  • Duduk menyendiri
  • Selalu tunduk
  • Tampak melamun
  • Tidak peduli lingkungan
  • Menghindar dari orang lain
  • Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
  • Putus asa
  • Merasa sendiri, tidak ada sokongan
  • Kurang percaya diri
Diagnosa Keperawatan :
  1. Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
  2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kurangnya stimulus lingkungan.
  3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri..
  4. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
  5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.

Asuhan Keperawatan Hernia Nukleus Pulposus

ASKEP HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.
Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Manifestasi Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :

  • Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral
  • Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks
  • Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
  • Disektomi dengan peleburan.
2. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
3. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.
4. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

Pengkajian
1. Anamnesa
Keluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.
3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Keperawatan yang Muncul
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.
Intervensi
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot

  • Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10
  • Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang
  • Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
  • Bantu pemasangan brace / korset
  • Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
  • Ajarkan teknik relaksasi
  • Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
  • Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
  • Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
  • Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
  • Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
  • Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
  • Kolaborasi : analgetik
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual
  • Kaji tingkat ansietas pasien
  • Berikan informasi yang akurat
  • Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
  • Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
  • Libatkan keluarga
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis
  • Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan
  • Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
  • Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
  • Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
  • Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
  • Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002
2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.
5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993


Asuhan Keperawatan Hernia

ASKEP HERNIA
Tinjauan Medis
A. Definisi
  • Hernia adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat(1).
  • Hernia adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
  • Hernia Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).




C. Klasifikasi

  1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
  2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
  3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya). Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
  4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
  5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
  6. Nama penemunya :Hernia Petit (di daerah lumbosakral) ;Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral;Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
  7. Beberapa hernia lainnya :

Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior;
Hernia Skrotalis
adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap;

Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
D. Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
E. Pathways
Untuk Melihat Pathway Keperawatan klik di Pathway Hernia

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diameter anulus inguinalis
G. Penatalaksanaan (2)
  • Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
  • Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
  • Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

I. DAFTAR PUSTAKA
  1. Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
  2. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
  3. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
  4. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
  5. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Ikterus Neonatorum ( Hyperbilirubinemia Neonatorum)

Ilustrasi (Google)
PENGERTIAN:
Ikterus Neonatorum Adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada hyperbilirubinemia neonatorum yang diperhitungkan terutama adalah bilirubin indirek (I).
1. Harga normal : Bilirubin dalam darah ----- :
  • Direk ( D ) < 1,0 mg % 
  • Indirek ( I ) < 2 mg % 
2. Harga patologis : Bilirubin dalam darah -- :
  • I : bayi aterm > 12 mg %
  • I : bayi prematur > 10 mg %
  • Atau peningkatan kadar 0,2 mg/jam atau 4 mg/hari.

PATOFISIOLOGI :

  • Pemecahan eritrosit yang berlebihan.
  • Gangguan clearance ( transport ) metabolisme, gangguan konjugasi
  • Gangguan ekskresi bersama air.

GEJALA KLINIK :
Ikterus Fisiologis :

  • Tampak pada hari ke III – IV
  • Bayi tampak sehat ( normal )
  • Kadar < 12 mg % .
  •  Menghilang paling lambat 10 – 14 hari
  •  Tidak ada faktor resiko
    • Sebab : proses fisiologis ( berlangsung dalam kondisi fisiologis ).

    Ikterus Patologis :

    • Timbul pada umur < 36 jam
    • Cepat berkembang
    • Bisa disertai anemia
    • Menghilang lebih lama > 2 minggu
    • Ada faktor resiko
    • Dasar : proses patologis.

    ETIOLOGI / faktor resiko :
    A. Haemolisis/ Produksi meningkat :
    • Golongan darah ibu – bayi tidak serasi ( Rh, ABO )
    • Haematoma, memar
    • Spherositosis kongenital.
    • Enzim G6 PD rendah

    B. Gangguan transport :
    • Albumin rendah ( prematur, kurang gizi )
    • Ikatan kompetitif dengan albumin ( obat-obat atau bahan lain )
    • Kemampuan mengikat albumin rendah ( asidosis ).
    C. Gangguan konjugasi :
    • Enzym glukoronil transferase belum adekuat ( prematur, kongenital ).
    D. Gangguan ekskresi :
    • Obstruksi saluran empedu ( cholestasis )
    • Obstruksi usus ( sirkulasi enterohepatik meningkat ).

    PENATALAKSANAAN :
    Prinsip :
    A. Menghilangkan penyebab
    B. Pencegahan peningkatan kadar bilirubin.
    Cara :
    1. Meningkatkan kerja enzym : Phenobarbital 1 – 2 mg/ kg BB/ dosis 2 – 3 kali/ hari ( 3 hari ).
    2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut :
    Fototerapi--> isomunisasi --> diharapkan ekskresi bertambah.
    3. Bilirubin darah dibuang : tranfusi tukar.

    Pedoman Pemilihan terapi :


    EFEK SAMPING PENGOBATAN :
    1. Phenobarbital :
    • Banyak tidur.
    2. Foto terapi :
    a. Segera :
    • Suhu tubuh hipotermia/ hipertermia
    • Kulit terbakar
    • Insensible water loss meningkat
    • Evakuasi usus lebih cepat, diare
    • Gelisah.
    b. Lama :
    • Perubahan DNA.

    3. Tranfusi tukar :
    • Infeksi
    • Jantung
    • Sirkulasi hipervolemia/ hipovolemia
    • Elektrolit hipocalcemia
    • Metabolik.

    MONITOR :
    • Tanda vital
    • Gejala saraf pusat
    • Hb atau PCV
    • Serum bilirubin
    • Status hidrasi ( turgor kulit )
    • Efek samping pengobatan.

    KOMPLIKASI :
    A. SSP ( encephalopathy / Kern Ikterus )
    Derajat I :
    • Lethargi
    • Malas minum
    • Hipotoni
    Derajat II :
    • Respon meningkat ( iritable )
    • Tonus meningkat
    • Kejang
    • Hipertermia
    • Bayi bisa meninggal
    Derajat III :
    • Bila tertolong bayi tampak normal/ asymptomatik
    Derajat IV :
    • Opistotonus
    • Jangka lama terjadi gejala berupa gangguan motorik, pendengaran ( cerebral palsy ).
    B. Saluran cerna :
    • Diare akibat hiperosmolar dalam usus.

    PROGNOSA :
    • Tanpa komplikasi, prognosa baik.
    • Dengan komplikasi, co ad vitam cukup baik, co ad sanationum kurang baik

    Penatalaksanaan Placenta Previa

    PLACENTA PREVIA
    A. PENGERTIAN

    Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.

    B.KLASIFIKASI
    Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
    1. Marginal placenta previa
      Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
    2. Incomplete / Parsial placenta previa
      Menyiratkan penutupan tak sempurna
    3. Total / Complete placenta previa
      Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi
    4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
      Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah tapi jauh dari tulang

    C. ETIOLOGI
    Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.
    Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

    D. PATHOLOGY

    • Lokasi implantasi dan ukuran placenta saling terkait. Secara rinci, karena sirkulasi pada segmen bawah sdikit lebih baik daripada fundus, placenta previa mungkin butuh untuk menutupi area yang lebih besar untuk efisiensi yang adekuat. Permukaan placenta previa mungkin lebih besar setidak-tidaknya 30% lebih besar daripada placenta yang terimplantasi di fundus.
    • Segmen bagian bawah relatif tanpa kontraksi dan perdarahan pantas dipertimbangkan pada pembukaan sinus.
    • Infeksi ascending dari vagina dapat menyebabkan placentitis, terutama di daerah pajana atau di atas tulang.
    • Placenta previa dapat terdorong miring, melintang, presentasi dan mencegah perikatan pada keadaan fetal.

    E. MANIFESTASI KLINIK

    • Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
    • Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan syok hipovolemik.
    • Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
    • Beberapa adalah jelmaan untuk pertama kali, saat uteri bawah merentang dan tipis, saat sobek dan perdarahan terjadi di lokasi implantasi bawah.
    • Placenta previa mungkin tidak menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau hinga terjadi dilatasi lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan kasar sebelum atau selama awal kehamilan.
    • Sikap yang tak terpengaruh oleh placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
    • Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
    • Manuver leopod mungkin menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.
    • Seperti kaidah, fetal distress atau kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting placenta previa terlepas dari desidua basilis atau jika ibu menderita syok hipovolemik.

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. USG (Ultrasonographi)
      Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
    2. Sinar X
      Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
    3. Pemeriksaan laboratorium
      Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
    4. Pengkajian vaginal
      Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
    5. Isotop Scanning
      Atau lokasi penempatan placenta.
    6. Amniocentesis
      Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.

    G. PENATALAKSANAAN / TERAPI SPESIFIK
    1. Terapi ekspektatif
    • Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
    Syarat pemberian terapi ekspektatif :
    a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
    b. Belum ada tanda-tanda in partu.
    c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
    d. Janin masih hidup.
    • Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
    • Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
    • Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
    1. MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
    2. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
    3. Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
    • Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
    • Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
    • Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
    2. Terapi aktif (tindakan segera)
    • Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
    • Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
    - Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
    - Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
    - Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
    - Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)

    Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
    1. Seksio Cesaria (SC)
    • Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
    • Tujuan SC antara lain :
    1. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
    2. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
    • Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
    • Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
    • Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
    2. Melahirkan pervaginam
    Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
    • Amniotomi dan akselerasi
    Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
    • Versi Braxton Hicks
    Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
    • Traksi dengan Cunam Willet
    Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

    Askep Eklamsia Post Partum

    ASUHAN KEPERAWATAN EKLAMSIA POST PARTUM

    Pengertian
    Eklamsia adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

    Insiden
    Eklamsia lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

    Patofisiologi
    Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)
    |
    |
    v
    Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi
    |
    |
    v
    Eklamsia
    |
    |
    v
    Mata terpaku
    Kepala dipalingkan ke satu sisi
    Kejang-kejang halus terlihat pada muka
    (Invasi)
    |
    |
    V
    Badan kaku
    Kadang episthotonus
    (Kontraksi/Kejang Tonis)
    |
    |
    V
    Kejang hilang timbul
    Rahang membuka dan menutup
    Mata membuka dan menutup
    Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
    Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
    Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
    Mata merah, muka biru
    (Konvulsi/KejangClonis)
    -Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
    -Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
    Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema
    |
    |
    v
    Coma
    Amnesia retrigrad post koma




    Prognosis
    Koma lama
    Nadi diatas 120
    Suhu diatas 39 derajat celcius
    Tensi diatas 200 mmHg
    Lebih dari 10 serangan
    Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
    Tidak adanya edema
    (Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)

    • Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
    • Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak membaik.
    • Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
    • Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.

    Pemeriksaan
    Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
    Proses involusi terjadi karena adanya:
    Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
    Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
    Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
    Involusi pada alat kandungan meliputi:
    Uterus
    Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
    Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
    Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
    Involusi

    TFUBerat UterusDiameter Bekas Melekat PlasentaKeadaan Cervix
    Setelah plasenta lahir
    1 minggu

    2 minggu
    6 minggu

    8 minggu
    Sepusat

    Pertengahan pusat symphisis
    Tak teraba
    Sebesar hamil 2 minggu
    Normal
    1000 gr

    500 gr

    350 gr
    50 gr

    30 gr
    12,5 cm

    7,5 cm

    5 cm
    2,5 cm

    Lembik

    Dapat dilalui 2 jari

    Dapat dimasuki 1 jari

    Sumber: Rustam muchtar, 1998

    Involusi tempat plasenta
    Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
    Perubahan pembuluh darah rahim
    Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
    Perubahan pada cervix dan vagina
    Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
    Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

    Lochia
    Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
    Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
    Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh.
    Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
    Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
    Dinding perut dan peritonium
    Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
    Sistim Kardiovasculer
    Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
    Ginjal
    Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
    Sistem Hormonal
    Oxytoxin
    Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
    Prolaktin
    Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
    Laktasi
    Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
    Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
    Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
    Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
    Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
    Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
    Tanda-tanda vital
    Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
    Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
    Parameter
    Penemuan normal
    Penemuan abnormal
    Tanda-tanda vital
    Tekanan darah <>
    Suhu tubuh <>0 C
    Denyut nadi: 60-100 X / menit
    Tekanan darah > 140 / 90 mmHg
    Suhu > 380 C
    Denyut nadi: > 100 X / menit

    2. Perubahan Psikologi
    Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
    Periode Taking In
    Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
    Periode Taking Hold
    Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
    Periode Letting Go
    Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)
    Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)


    Perawatan Masa Nifas
    Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
    1. Mobilisasi Dini
    Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
    Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
    2. Rawat Gabung
    Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
    3. Pemeriksaan Umum
    Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
    4. Pemeriksaan Khusus
    Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
    Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
    Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
    Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
    Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
    Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
    5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:

    Diit
    Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
    Pakaian
    Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
    Perawatan vulva
    Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
    Miksi
    Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)
    Defekasi
    Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
    Perawatan Payudara
    Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991: 430)
    Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
    Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
    Cuti Hamil dan Bersalin
    Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
    Mempersiapkan untuk Metode KB
    Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)


    Kemugkinan Diagnosa Yang Timbul
    1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
    2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang
    3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat
    4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak karena usaha penurunan tensi.

    Pathway Asma Bronkhial

    Gambaran proses Penyakit / Pathofisiologi Pasien dengan Asma bronchial hingga muncul masalah keperawatan atau diagnosa Keperawatan dalam bentuk Pathway atau pohon Masalah dapat anda lihat pada dokumen di bawah ini.

    Silahkan Klik tanda (+) untuk memperbesar dan tanda (-) untuk mengecilkan. Semoga membantu



    Tag: Patoflow / Pathways asma bronkial, Pathway asma bronkhial, Patway asma bronkial,Pohon Masalah Keperawatan asma bronkhial, Pathways asthma bronchial
     
    Copyright © 2012 Asuhan Keperawatan |
    | Powered by Blogger.com.